SIMBOLIS KUJANG

22.40

KAJIAN FILOSOFIS DAN SIMBOLIS KUJANG (Sebagai Wujud Perjuangan Budaya )

KAJIAN FILOSOFIS DAN SIMBOLIS KUJANG

Oleh: Aris Kurniawan, M Sn.

Pengertian Kujang

Kujang dalam kaidah keilmuan termasuk ke dalam kategori Wesi Aji atauTosan Aji. Kedudukan tosan aji berada diatas senjata dan perkakas. Tosan Aji menurut berbagai sumber, mengandung pengertian dasar besi yang dimuliakan , diagungkan ataudisakralkan.
Secara teknis pengolahan mencapai tingkat yang sempurna. Antara Perkakakas (Parabot dalam bahasa Sunda) , Senjata dan Wesi Aji /Tosan Aji tidak akan tertukar posisinya. Perkakas (parabot) merupakan alat bantu dalam menjalankan berbagai aktifitas (tools), Senjata berfungsi sebagai alat tempur (defensif dan ofensif), Sementara wesi aji atau Tosan Aji berfungsi secara Intrinsik  (Simbolis & Filosofis- Representatif).
Perkakas dan senjata harus memiliki dasar efektif, efisien dan ergonomis dalam desain bilahnya.

Sementara kujang dalam kategori tosan aji tidak memenuhi kriteria yang lengkap sebagai alat bantu (perkakas) dan senjata. Dikarenakan bilah Kujang terbuat dari Logam (Besi), memiliki unsur tajam dan Runcing pada bilahnya, maka dengan "Instan" dianggap sebagai senjata dan perkakas. Apakah unsur-unsur tersebut (Pada Kujang) pernah di coba tingkat efektifitas, efisiensi dan kenyamanan (ergonomis) ketika di gunakan untuk memotong, menoreh, menetak, membacok, menggergaji, membelah, menyisit dan bertadu tanding dengan golok??? Apakah seorang ahli dalam ilmu Seni Bela Diri menggunakan senjata (Petarung/pesilat) pernah menyatakan bahwa Kujang sangat efektif dalam bertempur??? Sepertinya sangat jauh dari kriteria sebagai senjata dan perkakas multi fungsi.


Kujang diciptakan oleh seorang Guru Teupa (Djati Sunda Anis, 1996-2000), setingkat dengan seorang Mpu pencipta keris. Dalam berbagai sumber dinyatakan bahwa ada beberapa nama Mpu dari zaman Pajajaran, seperti Mpu Windu Sarpa Dewa (Pajajaran Mangukuhan/Pajajaran Awal (Kuntjoro Slamet, 2000), Mpu Ni Mbok Sombro, Mpu Kuwung, Mpu Loning, selain menciptakan keris juga menciptakan Kujang

Kujang dan berbagai jenis tosan aji lainnya diciptakan dalam waktu yang lama, bahkan menurut berbagai sumber, ada yang diciptakan hingga memakan waktu bertahun-tahun. Hal ini sebuah bukti sejarah bahwa Kujang diciptakan untuk kepentingan fungsi Simbolis, dimana Nilai-Nilai luhur  “ Ditanamkan” di dalam perupaannya.
Berbagai jenis tosan aji (kujang, keris, dan sebagainya) berfungsi simbolis dan bermaknafilosofis,  tidak diperuntukan secara aplikatif atau praktis (Utilitas).

Sebuah kujang atau jenis tosan aji lainnya, diciptakan untuk kepentingan  individu dalamsistematika negara purba (Nagara Kartagama), di mana riwayat hidup seseorang terekam di balik perupaannya.

Kujang bagi orang Sunda merupakan piandel atau berfungsi sebagai penguatan karakter  atau jati diri, karena kujang merupakan simbol dari kosmologi Sunda(mikrokosmos/jagat leutik dalam bahasa Sunda) dan Kosmogoni Sunda(makrokosmos/jagat gede dalam bahasa Sunda).

Selain dari fungsi piandel, kujang dikenal juga dengan istilah gagaman  atau sebuah perlambang bagi manusia Sunda yang sudah memiliki ageman atau disiplin ilmu tertentu. Kujang berfungsi pula sebagai simbol dari etika /atikan Sunda dan estetika/anggitan Sunda.

Kujang  dijadikan sebagai lambang berbagai lembaga, seperti: Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, Pemda Bogor, Lembaga Pendidikan besar (UNPAD dan UNPAS, dsb), Divisi Angkatan Darat dan sebagainya, juga berbagai tugu Kujang didirikan (Badung, Bogor, Depok, Tasikmalaya dan berbagai tempat lainnya) merupakan sebuah bukti bahwa kujang berfungsi secara simbolis dan bermakna filosofis.

Sisi tajam yang ada pada bilah kujang merupakan lambang dari "ketajaman
ilmu", yang sama sekali tidak berfungsi secara aplikatif (sebagai alat tikam,potong atau alat iris) atau bentuk mengikuti fungsi (forms follow function).

Berdasarkan observasi penulis bahwa kujang diciptakan dengan latar belakang kearifan budaya Sunda, yang secara umum sama dengan berbagai jenis tosan aji lainnya di Indonesia.



Disiplin Penamaan Kujang

Penamaan dapuran kujang harus menjadi sebuah  kesepakatan untuk sebutan akan sesuatu berdasarkan bentuk, jenis, fungsi, atau berbagai hal yang berkaitan erat dengan sejarah kujang itu sendiri.

Penamaan dapuran kujang memiliki disiplin tersendiri. Etika penempatan kata “KUJANG” HARUS disimpan di DEPAN, dan kemudian keterangan DAPURANNYA atau disiplin perupaannya.

Seperti contoh:
KUJANG CIUNGKUJANG BADAKKUJANG KUNTUL, KUJANG NAGAKUJANGWAYANGKUJANG BANGOKUJANG CANGAK KUJANG BALATI, KUJANG BANGOdan lain Sebagainya. Secara umum keberadaan Tosan Aji  (termasuk KUJANG) di Indonesia DAKUI oleh PBB.


Adalah sebuah KERANCUAN YANG NYATA apabila kujang di katagorikan sebagaiSEBILAH PISAU (Pisau kujang), berdasarkan hasil kajian dan analisa penulis (dalam penelitian berupa tesis), hal ini merupakan isltilah yang SANGAT KELIRU. Penggunaan istilah tersebut merupakan bukti KETIDAKPAHAMAN dan tidak berlandaskan padaANALISA ILMIAH yang konprehensifHal ini pun akan berdampak padaKETERSINGGUNGAN MASYARAKAT SUNDA dan MASYARAKAT PECINTA TOSAN AJIyang sangat menjunjung tinggi nilai Budaya.
Apalagi bila dihubungkan kepada penggunaan LAMBANG KUJANG pada berbagai Instansi yang menggunakannyaseperti; UNPAD, UNPAS, PEMDA PROVINSI JABAR, KOTA BOGOR, PAGUYUBAN PASUNDAN, DIVISI TNI AD, BERBAGAI PERGURUAN SILAT, SANGGAR SENI, PT.PUPUK KUJANG, LEMBAGA BUDAYA dan berbagai lembaga lainnya.

Secara pribadi (penulis) yang mengkaji MAKNA FILOSOFIS DAN SIMBOLIS KUJANGmerasa sangat terpanggil untuk MELURUSKAN PERSOALAN KUJANG YANG TIDAK DIDUDUKAN SECARA PROPORSIONAL, dan akan melakukan upaya PRO AKTIF DALAM MENYIKAPINYA, demi ILMU PENGETAHUAN , HARGA DIRI MASYARAKAT - BUDAYA SUNDA dan TOSAN AJI INDONESIA.








                  Kujang Siliwangi

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

.

Subscribe